Jumat, 19 Juni 2020

Thai Airways Bangkrut, Bagaimana Nasib Garuda, Bakal Menyusul?




Maskapal penerbangan Flag carrier punya Pemerintah negara Gajah Putih, Thailand mengatakan diri pailit serta sekarang tengah dalam proses rehabilitasi hutang di pengadilan.

Maskapal penerbangan yang dioperasionalkan Thai Airways International PLC mulai stop operasi semenjak April 2020 sesudah Pemerintah Thailand lakukan Lockdown, serta hentikan semua penerbangan baik domestik atau internasional di semua daerah Thailand.

Usaha Thai Airways sebetulnya telah lama memiliki masalah jauh sebelum epidemi Corona ini menyebar, sesudah operasionalnya banyak berhenti. 

Jumlah penumpangnya turun mencolok, mengakibatkan di tahun 2019 mencatat kerugian sebesar 12 miliar Bath atau sama dengan Rp. 5,5 triliun rupiah.

Angka sebesar itu terus membesar semenjak kerugian berlangsung di tahun 2013 karena pertandingan yang seru di dunia penerbangan ditambah lagi kerugian beda kurs.

Perusahaan yang 51 % sahamnya dipunyai Pemerintah Thailand ini keadaannya semakin morat-marit sesudah Epidemi Covid-19 menghajar penjuru dunia termasuk juga Thailand.

Sekarang ini situasi keuangan Thai Airways benar-benar kronis, mereka dibebani hutang sebesar 244,9 miliar Bath atau sama dengan Rp.112 triliun.

Hutang itu terbagi dalam obligasi sejumlah 74,1 miliar Baht serta bekasnya berbentuk utang periode panjang sebesar 46,5 miliar Bath serta utang periode pendek sebesar 28,2 miliar Bath. Sesaat asetnya tertera sebesar 254 miliar bath.

Sesudah mengatakan diri pailit atau bangkrut, Thai Airways akan dilindungi dari penyitaan sampai permasalahan rehabilitasi hutang dituntaskan dengan beberapa kreditor serta disepakati oleh pengadilan, umumnya prosedurnya akan berjalan semasa enam bulan.

Lalu bagaimana permasalahan refund buat beberapa calon penumpang yang sudah sudah terburu beli ticket beberapa jurusan penerbangan Thai Airways ini?
Perusahaan penerbangan yang sahamnya sudah diperjualbelikan di Bursa Bangkok ini, tidak dapat lagi lakukan refund pada calon penumpangnya sebab sudah mengatakan diri pailit.


Walau sebenarnya nilai ticket punya calon penumpang itu cukup fenomenal sebesar 24 miliar Bath atau sejumlah Rp.11 triliun.

Situasi ini dapat berlangsung sebab konsumen ticket itu dipandang kreditor hingga dilarang pengadilan untuk dibayar sekarang ini.

Akan tetapi Faksi Thai Airways seperti dikutip oleh Bangkok Post dalam tempo enam bulan tanpa ada potongan apa saja.

Sebenarnya situasi beberapa perusahaan penerbangan lain juga tidak jauh tidak sama, dua perusahaan penerbangan punya Perancis, AirFrance serta Lufthansa punya Jerman juga sekarang tengah terancam gulung tikar dampak dari perlakuan epidemi Covid-19.

Lalu bagaimana dengan situasi flag carrier punya Indonesia, Garuda Indonesia Airways sekarang ini, Akan kah ke arah kemunduran sama seperti yang dirasakan oleh Thai Airways?

Ini kemungkinan saat-saat paling sulit yang sempat dirasakan oleh semua maskapal penerbangan yang berada di dunia. Sebab pekerjaan penting mereka dalam membuahkan reveneu, yaitu mengusung penumpang harus disetop benar-benar untuk menahan meluasnya penyebaran Covid-19.

Demikian juga yang dirasakan Garuda Indonesia Airways, seperti dikutip CNNIndonesia.Com tidak kurang dari 181 pilot yang sejauh ini mengawaki maskapal penerbangan pelat merah ini sudah dihentikan per tanggal 1 Juni 2020.

Menurut Ketua Perkumpulan Pilot Garuda, Capt Bintang Muzaini, PHK itu dilaksanakan dengan cara tiba-tiba yang dia kira tidak sesuai ketetapan perundang-undangan.

"Itu juga larut malam pernyataan ya 23.39 WIB, yang mana dengan sasaran terhitung tanggal 1 Juni dihentikan," kata Bintang, Selasa (02/06/20). 

Faksi manajemen Garuda mengatakan jika itu bukan PHK tetapi percepat waktu kontrak kerja, apa saja itu namanya yang pasti beberapa pilot itu sekarang sudsh tidak kerja lagi di Garuda.

Kecuali permasalahan personalia, permasalahan keuangan juga sekarang menghajar Garuda, Hutang Sukuk Global Garuda dengan nilai penerbitan sebesar US$ 496,8 juta atau sama dengan Rp 6 95 triliun yang sudah seharusnya jatuh termin tanggal 3 Juni 2020 tempo hari keliatannya tidak akan dapat dibayar sepenuhnya oleh Garuda.
Previous Post
Next Post