Senin, 12 Oktober 2020

Halte Transjakarta Dibakar, Stasiun MRT Dirusak

 



Jakarta menghangat di Kamis, 8 Oktober 2020. Ini dipacu tindakan beberapa komponen warga, khususnya pelajar, mahasiswa serta pekerja, yang lakukan tindakan turun ke jalan untuk menampik Undang-undang Cipta Kerja.


Saya tidak akan memberi komentar mengenai pro-kontra Undang-undang Cipta Kerja, yang telah banyak diulas, baik dengan gawat akademis atau dengan kasar dibarengi cacian. Saya malah akan menyorot kecemasan awalnya saya yang selanjutnya dapat dibuktikan, jika tindakan demonstrasi akan berbuntut di aksi pengacau.


Sore hari, seputar jam 16.00 WIB, saya keluar dari tempat saya kerja. Untuk karyawan rendahan, saya memang tidak ikutan demonstrasi, serta masih kerja pada hari ini. Sama seperti dengan beberapa karyawan yang lain.


Seperti umumnya saya memakai angkutan umum MRT Jakarta lebih dulu untuk ke arah Bundaran Senayan, tempat di mana saya biasa menanti bis PPD untuk ke arah Cibinong.


Waktu masuk stasiun MRT, petugas bertanya arah saya serta menginformasikan jika MRT cuman jalan sampai Stasiun Dusun Atas sebab keadaan demonstrasi yang semakin menghangat.


Sesampainya di halte bis Bundaran Senayan, saya membaca tingkah tidak menyenangkan saat raut muka resah nampak di beberapa wajah calon penumpang, serta calo bis yang umum menolong meningkatkan penumpang.


"Tidak tahu ini Bang, hanya ini saja yang jam segini baru terlihat," tutur sang calo itu menjawab pertanyaan saya sambil menunjuk mengarah satu bis memiliki warna biru arah Bekasi.


Umumnya di halte itu, bus-bus jagoan beberapa karyawan dari Bekasi, Cikarang sampai Bogor tetap tiba serta pergi pas waktu. Tetapi demonstrasi membuat beberapa calon penumpang yang notabene beberapa karyawan yang tidak mempunyai kendaraan pribadi, jadi cemas sebab terancam tidak dapat pulang.


Langkah Terbaik Agar Bisa Bermain slot Online Terpercaya Ah, pernah saya memikir tidak apalah, kadang-kadang ini sebab ada suatu hal semakin besar yang tengah diperjuangkan untuk kesejahteraan pekerja.


Tetapi pertimbangan itu selanjutnya saya tarik lagi perlahan saat lihat satu demi satu orang yang menanti di halte itu. Beberapa salah satunya saya prediksikan sudah berusia di atas 50 tahun.


Begitu dibalik figur nampak rapuh dan beruban itu, saya dapat lihat deskripsi jika waktu berpuluh tahun mereka kerja serta terus naik transportasi umum sampai mendekati waktu tuanya.


Lain dengan mereka yang turun ke jalan untuk perjuangkan nasib karyawan, tetapi malah beberapa antara mereka justru tidak pernah merasai jadi karyawan.


Seputar jam 17.00, bis yang saya nantikan pada akhirnya tiba juga. Telat 20 menit dari umumnya.


Dari dalam bis, saya dapat mengawasi dari handphone mengenai perubahan keadaan demonstrasi yang tempatnya dengan fisik sebetulnya cuman memiliki jarak beberapa km saja.


Edan, halte bis transjakarta di Bundaran HI dibakar massa!


Memilukan. Demonstrasi ya demonstrasi, tetapi tidak begitu sangat dong gaes.


Entahlah siapa beberapa orang yang sampai melakukan tindakan edan semacam itu. Apa betul mereka murni pekerja atau pelajar, atau mahasiswa? Jelas aksi ini meleset dari arah pengutaraan opini menampik UU Cipta Kerja.


Photo: Twitter @adriyansyahyasin Woi, itu halte transjakarta setiap hari digunakan oleh karyawan biasa, pelajar buat ke sekolah jika cocok tidak ada wabah. Bis transjakarta ialah transportasi murah dan meriah damai yang digunakan warga karyawan serta pelajar setiap hari. Ingin naik apa serta berapakah uang tambahan yang dikeluarkan oleh karyawan ibukota ini jika fasilitas transportasinya tidak berperan lagi?


Tidak cukup halte transjakarta, beberapa saat selanjutnya ada berita bila massa juga coba menghancurkan Stasiun MRT Bundaran HI. Untungnya waktu itu faksi MRT sudah tutup stasiun serta cepat memotong operasional kereta.


Aduh, tidak bener sekali ini. Disangkanya yang naik MRT setiap hari itu pebisnis, anggota DPR atau petinggi yang kalian cacian akhir-akhir ini ya?


Tidak dong gaes. Itu sama dengan transjakarta, MRT digunakan beberapa karyawan serta pelajar. Dari karyawan memakai dasi sampai karyawan ber-helm project, dari yang bersepatu sampai yang gunakan sandal kempit.


Lha tuturnya demonstrasi perjuangkan nasib pekerja atau karyawan? Ini mengapa sarana yang mempermudah karyawan justru dirusak? Apa ini disebutkan berusaha jika malah menyusahkan sama-sama anggota warga? Hmm, dapat jadi ini tingkah provokator, atau malah orang bodoh yang kebablasan?


Kemungkinan kalian pendemonstrasi serta kelompok yang tetap menggerakkan kalian dengan beberapa kalimat "mari terus berusaha", akan berkelit jika ini semua kelirunya pemerintahan, kelirunya DPR serta konco-konconya. Termasuk juga halte serta stasiun yang dirusak, kelirunya penguasa sebab buat rilis UU Cipta Kerja yang tidak tepat hasrat publik.


Weladalah, jika masih demikian terus skema pikirnya, ya telah saya dapat maklum, dalam makna menyadari jika yang memikir semacam itu tuch ibaratnya seorang anak kecil yang sedang punyai permasalahan sama orang tuanya di dalam rumah, eh justru ngamuk lempar-lempar piring, gelas dan sebagainya di tempat tinggalnya. Walau sebenarnya kan, piring serta gelas sebetulnya untuk dia juga.

Previous Post
Next Post